Life is like riding a bicycle - in order to keep your balance, you must keep moving ..
Minggu, 18 September 2016
Pengingat atau pengikat?
Rabu, 06 Juli 2016
Malam takbiran
Malam takbiran merupakan suatu malam yang penuh dengan kumandang takbir di seluruh penjuru dunia, malam penutup bulan ramadhan, malam yang penuh berkah menyambut hari kemenangan
Di daerah gue, malam takbiran di tandai dengaaaaaaan.... penuhnya jalan raya dengan para pedagang dan pembeli segala peralatan pendukung lebaran hehe. Sebagai salah satu dari anak yang di besarkan di daerah perdagangan di jalan raya utama, hal ini udah menjadi pemandangan rutin setiap tahun. Di mulai dari 1 ramadhan sampe malem takbiran. Pedagang2 musiman membuka lapak, menjajakan berbagai barang. Kadang jadi ajang silahturahmi dadakan juga buat para ibu2 yang ga sengaja papasan di pinggir jalan sambil belanja. Semua senang dan semoga semua juga berkah :)
Malam takbiran beberapa tahun lalu punya arti tersendiri buat gue, yang baru gue inget lagi sekarang, di kala duduk di pojokan toko nan mungil gue. Malam takbiran jadi satu moment untuk pertama kalinya gue respek sama anggi. Ya, nama anggi kembali eksis di hidup gue saat ini. Mau tau alesannya? Sederhana, anggi datang kembali, bukan ngajak gue balikan tapi ngajak gue buat serius, ngajak gue bukan sekedar untuk bermimpi sendiri, tapi bermimpi bersama dan menjalani bersama. Yaaaaaah cewe mana yang ga baper klo tetiba ada cowo datang, punya niat baik, udah punya kerja tetap, terbuka sama penghasilannya, terbuka sama tabungan nya dan udah gue kenal luar dalem sifat jelek nya.
Dia mengajak gue, merealisasikan mimpi kita.
Tsah, baper lagi kan gue haha. Gitu deh intinya, singkat banget deh prosesnya, dan pas aja. Ultah gue masih di rayain bareng si mase, dan pada akhir desember ada somethingmissunderstanding antara gue dan dia, yang ga perlu gue ceritain detailnya kali ya, dan berlanjut ke bulan januari, hubungan gue sama mase semangkin renggang. Saat itu lah anggi datang lagi. Dan begitu lah begitu lah hehe. Penjajakan lagi si, gue minta penjelasan abis abisan tentang sikap dia yang dulu super duper cuekin gue *trauma lah ceritanya* dan jawabannya adalah eng ing eng..... ada yang belom nonton aadc 2? Klo belom buruan nonton, karna jawaban anggi ke gue sedikit banyak sama kayak jawaban rangga ke cinta. Nah loh? Padahal duluan jawaban anggi ke gue (januari) dari pada jawaban rangga ke cinta (april) haha, kebetulan yang bikin kita ngikik sendiri pas nonton aadc ^^
Ya gue sedang mencoba lagi, takut si takut kesalahan yang dulu terulang lagi, tapi ya anggi berhasil dengan sukses ngeyakinin gue, emang dasar gue nya aja kali ya gampang di yakinin sama dia, atau gue emang lemah sama cowo berkaca mata *eh. Ya sekarang gue dalam rangka penjajakan, menyamakan berbagai visi misi, sibuk sana sini dateng ke pameran rumah, nyari kpr an, nanya2 harga gedung, survei harga sana sini, ya mencoba menjalani aja, mohon doa nyaaaa
Kembali ke topik, setelah curhat colokan gue eh colongan maksudnya. Malam takbiran beberapa tahun silam jadi moment yang bikin gue respek sama anggi. Karna setelah masuk masa libur lebaran (jaman SMA), gue ga bisa minta ketemu seenaknya, karna dia sibuk dengan urusan rumah nya, yaitu bantuin mama nya masak dan belanja. Wuiiiih luar biasa, dia adalah temen cowo pertama gue yang gue tau, mau ikut ke pasar, bawain belanjaan, dan bantuin ngupas sama motong sayuran. Dan itu kegiatan rutin setiap lebaran (kata mamanya) huhuhu jadi terharu T.T. Kenapa gue respek, karna pas malem takbiran aja dia free buat ketemu gue, tanpa rasa malu dateng dengan kondisi tangan pada kuning kuning bekas ngupas kunyit sama item item bekas ngiris kentang, dia dateng lengkap sama senyum tulusnya. Ya. Gue jatuh.
Dia lelaki gue sekarang. Ketika malam takbiran, gue teringat lagi moment itu, moment yang ga gue dapet lagi tahun ini, dan tahun2 berikutnya.
Maapin jadi banyak curhatnya daripada cerita malam takbirannya hehe, kayak baru kenal gue aja :)
Salam hangat
Kamis, 24 Maret 2016
Petrichor
Rintik hujan mulai terdengar dari jendela kayu di rumahku. Aku berlari dengan kegirangan keluar rumah untuk menyambutnya, menyambut tetesan air yang diturunkan oleh langit. Senyumku semakin mengembang karna hujan kali ini ditemani matahari bersinar agak cerah. Aku menari dengan lincah tak terkendali. Aku sedang menunggu, menunggu sesuatu yang hanya akan muncul di saat hujan rintik seperti ini.
"kaaaaak, jangan ujan-ujanan kayak gitu"
"gapapa buuuun, ujannya juga ga deres qo"
"cepet sini berteduh, baju kamu udah basah gitu"
aku yang masih melompat kegirangan hanya bisa tersenyum memamerkan deretan gigi yang tersusun rapi,
"iya bun, bentar lagi kakak masuk"
bundaku hanya bisa geleng-geleng kepala sambil meletakan handuk di kursi. Aku tidak mau beranjak dari kegembiraan ini, dan masih ada yang aku tunggu.
--------
"apakah kau percaya pada gadis itu?"
"entahlah, tapi ekspresinya selalu menyenangkan jika sedang hujan"
"apa? kau menilai hanya dari ekspresinya?"
"ya, karna tidak semua dari kaumnya menyukai hujan, kebanyakan selalu mencaci ketika anugrah ini turun"
"apa itu membuatnya menjadi berbeda?"
"ya, itu membuatnya sangat berbeda, kau tunggu di sini dan perhatikan dengan seksama"
Makhluk itu turun dari ranting pohon dengan ringan, menjejakan kakinya dengan perlahan, dan membiarkan tubuhnya basah terkena hujan, dia diam di bawah rintik hujan sambil terus memperhatikan gadis yang tak merasakan kehadirannya.
--------
Ku tutup mataku, dan ku hirup dalam2 aroma ini
Aroma yang selalu aku nanti dan rindukan. Sensasi menyegarkan merasuk dan memenuhi rongga tubuhku, senyum ku pun mengembang..
Ini yang aku tunggu, aroma saat langit menyapa tanah lewat hujan, petrichor.