Minggu, 18 September 2016

Pengingat atau pengikat?



Hai minna..
Hmm gue mau berbagi cerita tentang gue, cerita yang udah lama banget berkutat di pikiran gue, dan bikin galau berkepanjangan untuk memutuskan ini cerita bakal gue publish atau engga. Secara blog gue udah tambah banyak sarang laba-labanya akibat jarang tersentuh *tsah* dan akhirnya malem ini gue memutuskan buat berbagi.

Gue dalam keadaan alhamdulillah baik, sehat wal’afiat lahir batin. Nambah nambah sibuk pasca berhijrah ke dunia industri “Cikarang”. Gue sekarang (sedang) sibuk di Dexa Medica, bagian Research and Development (RnD), sub bagian Analytical Existing Product, dan menjabat sebagai Scientist (peneliti, gue kasih tau dari buat yang ga tau). Job desk kerja gue men-development methode analisa senyawaan (zat aktif) dalam obat, ya gue mengkiprahkan karir gue di bidang farmasi. Apakah gue bisa membuat obat? Jawabannya engga haha, tapi gue tau proses pembuatannya nya, tahapan tahapannya, bahan-bahannya, dan ketika jadi obat itulah sample yang jadi mainan gue. Sedikit bocoran tentang kerjaan di tempat kerja gue ya, disini sistem kerjanya dibuat tim untuk satu project obat. 

Contoh, buat project Paracetamol, tim terdiri dari bagian 1. formulasi (yang bikin obat), 2. Analytical (development method analisa, itu bagian gue), 3. Validasi (yang menvalidkan method yang bagian analytical kembangkan), 4. Microb (menganalisa tentang microba), 5. CHC (lab basah kimia banget, ngelakuin uji kimia kayak kadar abu, kadar air, pH, pelarut dll), 6. Packaging (gue ga tau nulisnya gimana wkwk, dia pengembangan bahan wadah, kemasan dan tampilannya), dan terakhir 7. Dossier (yang mengurusi dokumen terkait semua pengembangan). Itulah tim yang gue temui buat diskusi, meeting, dan ribet bersama wkwk, dan luar biasanya pasca gue lulus masa percobaan 3 bulan, gue lansung dapet 5 project, duaaaaar lelah dinda bang T.T gue megang project Pseudoephedrin HCl, CTM, Ranitidine HCl, Metronidazole, Tramadol.

Ya tapi itu lah semua resiko berkiprah di perusahaan swasta, dana yang mereka keluarkan sebanding dengan tekanan dan beban kerja diberikan. Tapi alhamdulillah, itu adalah satu dari banyak hal yang gue syukuri “gajinya lumayan” wkwkwk, gue pernah ngerasain dapet uang saku beasiswa sekian ratus ribu rupiah dan itu berjalan selama 4 tahun full. beres sidang skripsi gue lansung ditarik jadi asisten dosen dan ngerasain 4-5 x lipat uang saku beasiswa gue dulu, dan sekarang gue dapet rejeki buat ngerasain hampir 10 x lipat uang saku gue, huaaa alhamdulillah :D:D:D. Ya walaupun gaji gue masih kalah jauh sama anggi si huhuhu, tapi setidaknya gue udah bisa mengejar dia. Secara general posisi kita udah sama yaitu pada tingkat supervisor, walaupun secara pengalaman (dibidang yang berbeda), gue mah masih jauh di bandingin beliau, ya itu jadi motivasi tersendiri buat gue.

Ya kerja itu harus punya motivasi, karna kerja itu beda jauh sama kuliah, gue bisa bilang sekarang klo kuliah itu adalah masa paling nyaman buat berleha-leha, santai, dan main! Udah kerja mah pulang kerja tuh yang dicari Cuma kasur, cape. Pagi berangkat lagi, pulang malem, terus we gitu. Padahal jenis kerjaan gue itu dinamis, tapi lama-lama kerasa jenuh, gue ga bisa bayangin yang kerjanya statis, tiap hari yang di kerjain samaaaa terus, pasti jenuh banget itu. Dan salah satu motivasi gue itu adalah beliau, anggi.

Lagi nunggu ya cerita tentang “pengingat atau pengikat?” hehehe, ini yang gue galauin buat dipublish. Di cincrot aja yang gue ceritain Cuma apip doang, gue takut di kira pamer sama yang lain, padahal niatnya pengen cerita aja. Apip yang semangat 45 nyuruh gue buat pamer wkwk
Gue dapet THR ini dari anggi lebaranidul fitri kemaren (udah lama yak).
Yang ada di khayalan gue itu adalah, tetiba sosok lelaki yang gue sayangi dan kagumi, merendahkan badannya dan bertumpu pada lutut, sambil membuka kota red velvet berisi cincin dan berkata “will you merry me?” *merry meeeee (backsound lagunya bruno mars)*, dan gue senyum sambil menahan air mata terharu dan bilang “I do” dan penonton pun bersorak bergembira memberikan selamat, terus gue di pakein cincin dan sambil tangan gue di genggam, dia berkata “makasih ya sayang”. Huaaaaaa indah banget banget kayaknya tuh moment. Dan faktanya gue ga ngalamin itu hahaha. 

Fakta pertama, gue belom dilamar “resmi” sama beliau. Kedua, lelaki yang gue sayangi dan kagumi ga berlutut tapi duduk di depan gue. Ketiga, dia ga bawa kotak apapun kecuali kotak mainan yang abis kita beli. Keempat, dia ga ngasih gue cincin tapi ngasih uang buat beli cincin sendiri. Kelima, dia ga berkata “will you merry me?” tapi bilang “besok kamu pilih sendiri ya modelnya, klo aa yang beli takut kamu ga suka sama ga muat di jari kecil kamu” zzzzzzzzz. Keenam, gue ga jawab “I do” tapi jawab “oke baiklah” sambil ngedumel karna ga ada romantis romantisnya. Ketujuh, ga ada penonton diantara kita. Kedelapan, tangan gue di genggam, dan dia berkata “nanti di pake di sini ya *megang jari manis gue* biar cowo-cowo disana itu tau klo kamu udah ada yang punya, dan ga ada yang berharap sama kamu de. Dan setiap kamu liat cincin itu kamu bakal inget sama aa” Whiiiiiihi anggi romantis dengan caranya sendiri, dia berhasil bikin gue melting dan malam itu sukses pipi gue merah.

Iya, dia lelaki penyayang dan pekerja keras yang memilih gue untuk mewujudkan mimpi mimpi besar kita berdua, memulai semuanya dari awal, lelaki yang ga pernah capek meningkatkan kualitas pribadinya dan membimbing gue buat lebih baik juga, membuat gue semakin menghargai indahnya pertemuan dan waktu bersama.

Anggi, iya Anggi

Salam hangat