Jumat, 22 Mei 2015

#1 I Miss you..



“Gue kangen”

Entah, entah dia dengar atau tidak. Dia yang sedang asik dengan gadgetnya. Satu hal yang pasti dia tidak merespon dan hanya asik dengan kegiatannya sambil berjalan disamping gue, sore itu. Cukup sesak awalnya hingga tanpa komando, tanpa aba-aba alam bawah sadar gue mengambil alih sistem otak. Namun, setelah kalimat itu terlontar udara hangat mulai menyelusup keluar dan memberikan kelegaan yang cukup gue nikmati, ya setidaknya gue udah mengatakannya.

Sudah cukup lama rutinitas ini ga gue alamin. Kita berjalan beriringan, mendengarkan suara riangnya yang sibuk berceloteh sendiri, dia sedang asik dengan pikirannya, dan gue cuma bisa mencuri pandang sosok yang gue kagumi sambil menahan sesuatu yang berdetak lebih dari biasanya. Sore itu gue mendapat pemandangan yang indah dan cukup untuk membuat gue tidur pulas malam ini dengan senyuman.

Dia berjalan mendahului gue dan dengan sigap mengeluarkan roda besinya dari parkiran. Gue termenung sejenak ini nyata Ri, ayo bersikap seperti biasanya lalu gue bergerak dan duduk manis dibalik punggunya. Ah aroma ini, ini aroma khas dia, aroma yang gue rindukan. Dia mulai berceloteh kembali, tentang kegiatan kampusnya yang baru, ada aura semangat saat dia bercerita, ya dia selalu bersemangat jika bercerita tentang apapun, dan gue pun terbawa semangat untuk mendengarkan apapun yang dia ceritakan.

Waktu berjalan terasa lebih cepat sore itu. Gue berharap jalanan macet total yang akan menghambat perjalanan kami, atau setidaknya memberikan waktu yang lebih lama untuk gue mendengarkan dia, tapi sayangnya tidak. Disela bercadaan kami, tangan gue refleks memukul lembut punggungnya. Hal yang selalu gue lakukan dulu jika dia bertingkah menggemaskan. Hal yang selalu gue sukai hingga saat ini. Roda besinya dengan lincah membelah jalanan yang cukup padat, dan dari kejauhan tempat kediaman gue sudah mulai terlihat. Yah mimpi indah gue sudah saatnya berakhir, sore itu pun terasa semakin memudar keindahannya. Ketika kami sampai, gue turun dengan tenang, mengucapkan terima kasih seadanya dan berbalik melangkah menuju kediaman gue. Dia pun kembali melaju roda besinya untuk melanjutkan perjalanan. Tanpa dia tau, gue terdiaman cukup lama didepan pintu gerbang. Gue termenung.

kangen itu seperti warna abu-abu. Bukan putih, bukan juga hitam. Membuat orang bimbang karenanya.

Gue tersenyum pahit

Sakit ya, suka sama seseorang yang ga suka sama kita. Tapi lebih sakit lagi jika kita bersama orang yang ga bisa kita miliki.
Sakit yang pertama, atau yang kedua?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar