“kenapa si harus lewat jalan sini”
ucapku yang terlihat jelas sangat kesal “ga apa apa biar ga macet aja” ujarnya
terlalu kalem menanggapi ocehan-ocehanku. “tapi ini udah malem, gue ga suka
lewat sini” “lah emang kenapa? Lewat sini kan enak sepi, eh lihat kanan deh” “hah
ada apa dikanan?” ku kerutkan alisku untuk membantu akomodasi mataku yang
minusnya udah ga ketulungan ‘apaan Cuma pohon
pohon doang, gelap lagi’ tapi semakin dekat semakin banyak warna warna batu
keramik biru putih “anjriiiiit itu makaaam” teriakku tanpa sadar, sambil terus
memukul pundaknya aku bersembunyi di punggungnya yang bidang, mendengar responku
yang lebai dia malah semakin memperlambat laju motornya “eh eh lihat deh, itu
ada yang putih loncat loncat” ujarnya dengan gaya panik “iiiiih apaan si Aga,
diem ga gue ga suka” gue semakin memebenamkan kepala ku di punggungnya, hmm
aroma tubuh Aga selalu sama Aroma
Menenangkan ‘hust apaan si Ri, lagi
begini masih aja kepikiran yang engga engga’ “eh itu beneran putih di pohon
loncat loncat” suara Aga membuyarkan lamunanku dan kontak membuat aku semakin
bertambah panik, tanpa dia tau keringat dingin mulai membasahi tangan dan
leherku. Aku terus memukul punggung hangat ini untuk menghilangkan panik, yang
dipukul hanya tertawa terkekeh melihat
reaksiku ”cepetan bawa motornya, gue ga suka didaerah ini” “udah-udah lihat
dulu deh makanya, itu yang putih-putih loncat itu lo tau apa?” “engga! Aga gue
ga suka, cepetan ih” “itu kodok albinooo” dengan suaranya yang khas tapi
sok-sok di buat horor “ ‘hah apa tadi dia
bilang? Kodok albino? Kodok albino?’ seketika bayangan berbagai makhluk
halus menguap digantikan perasaan tenang..
.
.
“Ri, Ri Ririiiiiii” teriak seseorang
di sampingku yang sekarang sedang berkacak pinggang sambil tersenyum jahil “apaan
si, lo mau bikin gue budeg apa, pake teriak teriak segala” “abisan lo nya bolot
banget, udah berkali kali gue panggil masih aja tetep ngelamun, ngelamunin apa si
lo siang bolong gini, pasti ngelamunin hal hal mesum ya, secara lo kan kebelet
kawin hahaha” “iiih apaan si lo engga, engga, engga! Jangan mikir yang
aneh-aneh lo ta, gue pengennya NI-KAH bukan KA-WIN” “abisan anteng banget depan
laptop, tapi nyawanya entah kemana”
Ya bayangan itu kembali hadir,
kenangan tentangnya. Kenangan yang terlalu sederhana bahkan aku yakin dia pasti
sudah lupa sepanik apa aku waktu itu. Tapi buatku itu sebuah kenangan berharga,
kenangan yang membuat aku tersenyum dan merasakan sakit disaat yang bersamaan. Ya aku selalu membenci gelap dan
makhluk halus, bukan berarti phobia terhadap gelap, lampu kamar tidurku selalu
gelap saat aku terlelap, tapi jangan ditanya jika terjadi mati listrik. Aku
adalah orang pertama yang bakal teriak dan jika tidak ada orang yang
menenangkan aku pasti nangis sampai ada orang datang membawa cahaya. Mati
lampu, hujan lebat, petir menggelegar, tempat angker dan bayangan makhluk
halus, duaaar itu perpaduan yang sangat aku benci. Tapi lelucon tentang kodok
albino sedikit banyak menghilangkan rasa takutku terhadap tempat angker dan makhluk
halus, ya berkat dia. Rangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar