Jumat, 05 Juni 2015

#2 I Miss You



“kenapa si harus lewat jalan sini” ucapku yang terlihat jelas sangat kesal “ga apa apa biar ga macet aja” ujarnya terlalu kalem menanggapi ocehan-ocehanku. “tapi ini udah malem, gue ga suka lewat sini” “lah emang kenapa? Lewat sini kan enak sepi, eh lihat kanan deh” “hah ada apa dikanan?” ku kerutkan alisku untuk membantu akomodasi mataku yang minusnya udah ga ketulungan ‘apaan Cuma pohon pohon doang, gelap lagi’ tapi semakin dekat semakin banyak warna warna batu keramik biru putih “anjriiiiit itu makaaam” teriakku tanpa sadar, sambil terus memukul pundaknya aku bersembunyi di punggungnya yang bidang, mendengar responku yang lebai dia malah semakin memperlambat laju motornya “eh eh lihat deh, itu ada yang putih loncat loncat” ujarnya dengan gaya panik “iiiiih apaan si Aga, diem ga gue ga suka” gue semakin memebenamkan kepala ku di punggungnya, hmm aroma tubuh Aga selalu sama Aroma Menenangkan ‘hust apaan si Ri, lagi begini masih aja kepikiran yang engga engga’ “eh itu beneran putih di pohon loncat loncat” suara Aga membuyarkan lamunanku dan kontak membuat aku semakin bertambah panik, tanpa dia tau keringat dingin mulai membasahi tangan dan leherku. Aku terus memukul punggung hangat ini untuk menghilangkan panik, yang dipukul hanya tertawa terkekeh  melihat reaksiku ”cepetan bawa motornya, gue ga suka didaerah ini” “udah-udah lihat dulu deh makanya, itu yang putih-putih loncat itu lo tau apa?” “engga! Aga gue ga suka, cepetan ih” “itu kodok albinooo” dengan suaranya yang khas tapi sok-sok di buat horor “ ‘hah apa tadi dia bilang? Kodok albino? Kodok albino?’ seketika bayangan berbagai makhluk halus menguap digantikan perasaan tenang..
 .
 .
“Ri, Ri Ririiiiiii” teriak seseorang di sampingku yang sekarang sedang berkacak pinggang sambil tersenyum jahil “apaan si, lo mau bikin gue budeg apa, pake teriak teriak segala” “abisan lo nya bolot banget, udah berkali kali gue panggil masih aja tetep ngelamun, ngelamunin apa si lo siang bolong gini, pasti ngelamunin hal hal mesum ya, secara lo kan kebelet kawin hahaha” “iiih apaan si lo engga, engga, engga! Jangan mikir yang aneh-aneh lo ta, gue pengennya NI-KAH bukan KA-WIN” “abisan anteng banget depan laptop, tapi nyawanya entah kemana”

Ya bayangan itu kembali hadir, kenangan tentangnya. Kenangan yang terlalu sederhana bahkan aku yakin dia pasti sudah lupa sepanik apa aku waktu itu. Tapi buatku itu sebuah kenangan berharga, kenangan yang membuat aku tersenyum dan merasakan sakit disaat yang bersamaan. Ya aku selalu membenci gelap dan makhluk halus, bukan berarti phobia terhadap gelap, lampu kamar tidurku selalu gelap saat aku terlelap, tapi jangan ditanya jika terjadi mati listrik. Aku adalah orang pertama yang bakal teriak dan jika tidak ada orang yang menenangkan aku pasti nangis sampai ada orang datang membawa cahaya. Mati lampu, hujan lebat, petir menggelegar, tempat angker dan bayangan makhluk halus, duaaar itu perpaduan yang sangat aku benci. Tapi lelucon tentang kodok albino sedikit banyak menghilangkan rasa takutku terhadap tempat angker dan makhluk halus, ya berkat dia. Rangga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar