Senin, 08 Juni 2015

#3 I Miss You



Apa mencintainya bisa sesakit ini
Apakah jatuh cinta terasa sesakit ini?

Hanya membayangkan senyumnya bersama wanita itu saja hatiku bagai teiris, sakit. Apa aku bisa berdiri tegak dengan senyum tersungging di hari bahagianya nanti? Aaaaah aku benci membayangkannya!

Ya moodku hancur berantakan hari ini, dadaku terasa sedikit nyeri padahal tak ada luka yang telihat. Ini semua karena rasa penasaranku sendiri, yang sudah kulakukan hanya sedikit sengaja mencari kabarnya di akun media sosial. Dan yang terjadi adalah aku disuguhi foto dia dan wanitanya. Ya dia di F-O-T-O dengan wanitanya sambil tersenyum bahagia. Memoriku masih sangat jelas akan ketidaksukaannya terhadap foto, dia selalu marah jika aku ketahuan sedang mencoba mengambil gambar dirinya, padahal dia adalah lelaki tampan dengan mata teduh yang terlihat tegas. Bahkan dulu aku harus sedikit memohon bahkan adegan ngambek-ngambekan agar bisa  take selfie dengannya, iya itu dulu Ri. Dulu. Semakin mengingatnya rasa sakit ini semakin nyata.

Aku mencintaimu, dan itu terasa menyakitkan

~I stay up too late
Got nothing in my brain
That’s what people say
That’s what people say~

Suara nyaring Taylor Swift, nada dering telfon genggamnya membuyarkan kegalauannya, dillihatnya caller id tertulis BUNDA. Damn bunda nelfooooooon. Ekhm ekhm ekhm dia membetulkan suaranya yang sedikit parau. Bunda ga boleh tau klo aku lagi galau.

“Assalamu’alaikum. Hallo bun? Dengan Riri yang selalu riang ceria disini” oceh ku saat mengangkat telfon dari wanita yang paling ku sayangi di dunia ini, dengan senyum yang sedikit dipaksakan. “Wa’alaikumsalam anak bunda yang paling cantik. Kakak sehat? Udah makan belom sayang?” “sehat ko bunda sayang, sehat walafiat, belom makan bun hehe” “kamu ini gimana si, klo ga bunda telfon pasti lupa makan terus, udah jam 3 ini masa belom makan siang, ntar sakit ka” “hehehe, bunda jangan doain kakak sakit dong” ya aku memang di panggil kakak jika di rumah dari kecil, semenjak aku punya adik laki-laki, jagoanku. “Bukannya bunda ngedoain, mana ada orang tua yang ngedoain yang jelek-jelek coba?” “hehehe iya si bun” “beneran kakak sehat?” “sehat qo” “bener? Badannya si bunda yakin sehat, hatinya gimana kak?” jleb pertanyaan bunda tepat sasaran banget si “sehat juga qoooo” maaf bun, mana mungkin aku bilang bahwa aku sedang galau maksimal gara-gara dia “kakak ga bohongkan? Bunda dari kemaren mimpi ga enak terus soalnya” batin ibu selalu kuat meeen “klo ada apa-apa yang mau diceritain, sok ceritain aja ya sayang, bunda bakal selalu dengerin” “iya bunda” “oh iya satu lagi ka, klo uang jajan abis tuh BI-LANG” beuh ampe di eja gitu, ya itu kebiasaanku dari dulu, ga pernah bilang duluan klo keabisan uang, tau tau udah dikirim aja pas masa kritis uang menipis, firasat bunda memang ga bisa diabaikan sodara-sodara. Ya walaupun gue lagi ga punya eh belom punya uang setidaknya gue punya teman hehe “iya bunda uang kakak masih banyak qo, tenang aja” “lah klo uang kakak masih banyak, bunda malah ga tenang, mahasiswa qo banyak uangnya, ga abis-abis lagi, dapet darimana coba” “hehehe biasa bun peliharaan baru setor” “kamu ini ya” sambil diselingi suara tawa bunda yang khas “yaudah besok siang bunda kirim uang ya, pake buat makan aja, jangan beli yang aneh-aneh, cepet makan udah sore juga “siap bos besar, tuan putri segera santap siap” dengan suara sok takjim “yuk bunda mau ke rumah eyang dulu, telfon ayah kasian kangen sama kakak, Assalamu’alaikum” “iya bunda, wa’alaikumsalam” ku jawab dengan suara yang sedikit bergetar.

Ku pastikan telfon udah benar-benar ditutup sampai satu tetes cairan bening itu mulai turun dipelupuk matanya, semakin lama semakin deras. Tubuhnya bergetar menahan isak tangisnya, takut terdengar teman sekosannya yang perhatian kakak ga lagi baik-baik aja bunda, kakak lagi patah hati lagi, lagi, dan lagi. Kakak ga bisa cerita karna bunda mengenal dan menyukainya, kakak yang yang salah bun, jatuh cinta sama orang yang salah.

Ya dia telah jatuh pada sosok yang tak tergapai, yang hatinya telah terpaut pada gadis lain, dia tau bahwa dia telah kalah bahkan pada saat tidak ada pertandingan. Dia yang salah karna telah berharap. Dia yang salah memiliki perasaan ‘memiliki’ yang merupakan awal dirinya merasakan kehilangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar