Apa mencintainya bisa sesakit ini
Apakah jatuh cinta terasa sesakit
ini?
Hanya membayangkan senyumnya
bersama wanita itu saja hatiku bagai teiris, sakit. Apa aku bisa berdiri tegak
dengan senyum tersungging di hari bahagianya nanti? Aaaaah aku benci membayangkannya!
Ya moodku hancur berantakan hari
ini, dadaku terasa sedikit nyeri padahal tak ada luka yang telihat. Ini semua
karena rasa penasaranku sendiri, yang sudah kulakukan hanya sedikit sengaja
mencari kabarnya di akun media sosial. Dan yang terjadi adalah aku disuguhi
foto dia dan wanitanya. Ya dia di F-O-T-O dengan wanitanya sambil tersenyum bahagia. Memoriku masih sangat jelas akan
ketidaksukaannya terhadap foto, dia selalu marah jika aku ketahuan sedang mencoba
mengambil gambar dirinya, padahal dia adalah lelaki tampan dengan mata teduh
yang terlihat tegas. Bahkan dulu aku harus sedikit memohon bahkan adegan
ngambek-ngambekan agar bisa take selfie dengannya, iya itu dulu Ri. Dulu. Semakin mengingatnya rasa sakit
ini semakin nyata.
Aku mencintaimu, dan itu terasa menyakitkan
~I stay up too late
Got nothing in my brain
That’s what people say
That’s what people say~
Suara nyaring Taylor Swift, nada dering
telfon genggamnya membuyarkan kegalauannya, dillihatnya caller id tertulis BUNDA.
Damn bunda nelfooooooon. Ekhm ekhm ekhm dia membetulkan suaranya yang sedikit
parau. Bunda ga boleh tau klo aku lagi
galau.
“Assalamu’alaikum. Hallo bun? Dengan Riri yang
selalu riang ceria disini” oceh ku saat mengangkat telfon dari wanita yang
paling ku sayangi di dunia ini, dengan senyum yang sedikit dipaksakan. “Wa’alaikumsalam
anak bunda yang paling cantik. Kakak sehat? Udah makan belom sayang?” “sehat ko
bunda sayang, sehat walafiat, belom makan bun hehe” “kamu ini gimana si, klo ga
bunda telfon pasti lupa makan terus, udah jam 3 ini masa belom makan siang,
ntar sakit ka” “hehehe, bunda jangan doain kakak sakit dong” ya aku memang di
panggil kakak jika di rumah dari kecil, semenjak aku punya adik laki-laki,
jagoanku. “Bukannya bunda ngedoain, mana ada orang tua yang ngedoain yang
jelek-jelek coba?” “hehehe iya si bun” “beneran kakak sehat?” “sehat qo” “bener?
Badannya si bunda yakin sehat, hatinya gimana kak?” jleb pertanyaan bunda tepat
sasaran banget si “sehat juga qoooo” maaf
bun, mana mungkin aku bilang bahwa aku sedang galau maksimal gara-gara dia “kakak ga bohongkan? Bunda dari
kemaren mimpi ga enak terus soalnya” batin
ibu selalu kuat meeen “klo ada apa-apa yang mau diceritain, sok ceritain
aja ya sayang, bunda bakal selalu dengerin” “iya bunda” “oh iya satu lagi ka, klo
uang jajan abis tuh BI-LANG” beuh ampe di eja gitu, ya itu kebiasaanku dari
dulu, ga pernah bilang duluan klo keabisan uang, tau tau udah dikirim aja pas
masa kritis uang menipis, firasat bunda memang ga bisa diabaikan sodara-sodara.
Ya walaupun gue lagi ga punya eh belom punya uang setidaknya gue punya teman
hehe “iya bunda uang kakak masih banyak qo, tenang aja” “lah klo uang kakak
masih banyak, bunda malah ga tenang, mahasiswa qo banyak uangnya, ga abis-abis
lagi, dapet darimana coba” “hehehe biasa bun peliharaan baru setor” “kamu ini
ya” sambil diselingi suara tawa bunda yang khas “yaudah besok siang bunda kirim
uang ya, pake buat makan aja, jangan beli yang aneh-aneh, cepet makan udah sore
juga “siap bos besar, tuan putri segera santap siap” dengan suara sok takjim “yuk
bunda mau ke rumah eyang dulu, telfon ayah kasian kangen sama kakak, Assalamu’alaikum”
“iya bunda, wa’alaikumsalam” ku jawab dengan suara yang sedikit bergetar.
Ku pastikan telfon udah benar-benar
ditutup sampai satu tetes cairan bening itu mulai turun dipelupuk matanya,
semakin lama semakin deras. Tubuhnya bergetar menahan isak tangisnya, takut
terdengar teman sekosannya yang perhatian kakak
ga lagi baik-baik aja bunda, kakak lagi patah hati lagi, lagi, dan lagi. Kakak ga
bisa cerita karna bunda mengenal dan menyukainya, kakak yang yang salah bun,
jatuh cinta sama orang yang salah.
Ya dia telah jatuh pada sosok yang tak tergapai, yang hatinya telah terpaut pada
gadis lain, dia tau bahwa dia telah kalah bahkan pada saat tidak ada
pertandingan. Dia yang salah karna telah berharap. Dia yang salah memiliki
perasaan ‘memiliki’ yang merupakan awal dirinya merasakan kehilangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar