Selamat sore,
Lanjut bahasan tentang abang. Muzz nama aplikasi yang di infoin oleh Okta yang menurut opini dia aplikasi ini lebih aman daripada tinder dkk. Akhirnya gue coba download dan daftar. Di aplikasi ini kita isi data diri pribadi sampe terkait aliran islam kita apa, solat kita seperti apa, puasa kita seperti apa, status aktual gadis atau janda, dan detail-detail lainnya. Kita juga memasukkan ingin dipasangkan dengan yang seperti apa kriterianya. Rabu daftar, jumat berhasil di verifikasi dan gue mulai berjelajah. Awalnya (sampe sekarang si) gue merasa geli karena muncul foto-foto orang tak dikenal dengan pilihan gue suka atau engga. Kalo gue suka dan dianya suka gue bisa mulai ngobrol sama orang tersebut.
Beberapa orang sesuai dengan kriteria gue, dari segi umur, pekerjaan, pandangan, dan yang terutama status. Gue lebih prefer yang statusnya duda daripada yang bujang. Kenapa? karena lebih relate dan lebih bisa gue ajak tukar pikiran daripada yang bujang yang belum pernah merasakan aselinya asam manis rumah tangga. Ada sekitar sebelas orang yang match dan lanjut ke chat. Dari sebelas itu campur ada yang bujang ada yang duda, dan kerasa banget perbedaan cara bertanya antara kedua golongan itu wkwk.
Selain gue merasa yang duda lebih bisa di ajak tuker pikiran, jujur gue minder memulai hubungan dengan yang masih bujang. Menurut gue, lelaki bujang kayak mereka ga layak dapet kenalan janda anak dua kayak gue. Dan klo pun berhasil dan berlanjut pasti akan ada penolakan dari keluarga dan orang tuanya. Gue minder duluan, gue udah ga cantik, udah ga muda, badan gue udah banyak berubah, dan gue udah punya buntut yang mungkin ga bisa diterima.
Di aplikasi ini maksimal kita cuma bisa chat lima orang sekaligus, jadi pas gue atau mereka ngerasa ga cocok lansung saling membatalkan perjodohan. Dari sebelas orang itu, orang terakhir mencuri perhatian gue, dan membuat gue berhenti berjelajah, berhenti hingga saat ini. Dari cara menyapa, bertanya dan mengobrol. Gue suka. Dia ga terburu-buru seperti kebanyakan yang chat sebelumnya, obrolan juga ga memaksa, kerasa ngalir aja dan asik. Dia ga lansung nanya detail terkait gue, dia banyak bercerita tanpa menuntut.
Abang, umur nya sepantaran sama gue sebenernya, tapi karena gue ga enakan manggil nama lansung orang yang ga di kenal jadi awalnya gue manggil dia mas. Dia asli Bima, Nusa Tenggara Barat. Duda anak satu, dan sudah lima tahun melajang. Alasan perceraiannya pun karena sang mantannya pergi meninggalkan dia dan anaknya yang masih berusia lima bulan, sehingga anaknya dibesarkan oleh ibu dan ayahnya di Bima. Seorang pasca sarjana bidang komunikasi yang bekerja di salah satu rumah sakit swasta di Bekasi, dan punya beberapa side job freelance diantara nya menjadi dosen tamu di salah satu universitas swasta di Jakarta. Domisili Jakarta dan seorang anak bungsu dari dua bersaudara. Wow wow wow sangat sesuai dengan kriteria gue wkwk
Kriteria gue adalah laki-laki yang sudah punya pengalaman sehingga bisa memberikan masukkan buat gue perihal suami-istri, dan yang paling penting dia sudah selesai dengan masa lalu nya. Gue ga mau kenalan dengan yang masih di bawah bayang-bayang sang mantan. Padahal gue nya sendiri belum bisa move on, curang banget ya. Ketika gue ngobrol dan bertanya, jawaban dan pemilihan kata dia itu bagus. Gue suka. Dan cara kami berpindah dari chat aplikasi ke WA pun sangat mulus. Dia menyatakan klo dia lebih suka telfon buat jelasin lansung atau voice note daripada ngetik karena suka salah penangkapan dan lebih rentan salah paham.
Sebelum pindah ke WA gue ijin dulu sama mama dan papa, apakah di dalam masa iddah yang belum selesai ini gue boleh berkenalan dengan orang asing. Mama agak keberatan sebenernya tapi mengijinkan karena sebatas teman dunia maya, dan papa wanti-wanti untuk ga ketemu dulu sebelum massa iddah beres di 30 Januari 2025. Gue yang memang berniat cuma cari temen ngobrol sangat menyanggupi itu, gue juga takut ketemu orang asing apalagi dengan kondisi saling tau memang mencari pasang. Geli banget ga si😅
Setelah mengantongi ijin gue lanjut kontakan via WA, gue mulai merasa sebenernya ini ga boleh, tapi ego gue memaksa gue untuk mencoba hal baru. Cincrot pun ga ada yang tau tentang perkenalan ini. Gue malu, dalam masa berkabung masa gue udah cari yang baru, tapi rasa malu gue kalah dengan rasa yang sudah lama ga gue rasakan.
Rasa nyaman dan berbunga-bunga.
Lanjut di postingan selanjutnya yaaaa.
Salam hangat,
Rizqiyani
Tidak ada komentar:
Posting Komentar