Selamat pagi,
Lanjut yaa.
Karena ada pandangan abang yang ga sreg di gue, gue yang tadinya hampir jatuh ke lubang yang sama akhirnya tersadar. Kenapa sama? Ya sama karena gue hampir menjadikan (lagi) manusia sebagai tumpuan dan pegangan. Gue memiliki perasaan dan pikiran bahwa manusia yang menjadi prioritas gue. DAN ITU SALAH BESAR. Seharusnya gue hanya bertumpu dan berharap hanya pada Allah. Alhamdulillah, Allah masih sayang gue, semoga Allah selalu memberikan ampunan.
Alhamdulillah sekarang pikiran gue jadi lebih jernih dan terbuka buat menilai sesuatu. Hubungan pertemanan ini (ya ini hanya sekedar pertemanan karena untungnya tidak ada pengungkapan perasaan sayang/cinta dari kedua belah pihak wkwk), bisa gue nilai lebih objective.
Gue review ulang, kenapa rasa nyaman buat bercerita bisa gue rasakan sama orang asing yang bahkan gue ga pernah ketemu atau video call. Kenapa rasa aman buat bercerita bisa gue rasakan padahal kita sama sekali belum kenal menyeluruh satu sama lain. Gue nyari tau di beberapa bacaan terkait psikologi manusia, dan gue menemukan jawabannya.
Gue terjebak dalam sebuah ‘emotional attachment’.
Apa itu emotional attachment? Emotional attachment adalah keterikatan emosional yang terbentuk karena hubungan yang intens, baik secara perasaan maupun pengalaman bersama. Masalahnya hal ini sering diartikan sebagai cinta, padahal kenyataannya beda jauh.
Kenapa beda?
Cinta itu sehat. Cinta itu bikin kita terus tumbuh, bahagia dan merasa dihargai. Tapi emotional attachment itu kayak candu. Kamu ga bener-bener bahagia, tapi kamu ga bisa berhenti ‘menginginkan’ dia. Kenapa ga bisa lepas atau move on? Karena otak kita dibikin seperti pecandu. Setiap kali dikasih perhatian kecil, otak akan melepas dopamin (hormon kebahagiaan). Jadi walaupun tau sesuatu yang ga baik, tapi kita akan fokus momen kecil yang bikin ‘ketagihan’. Dan saat dia pergi atau ga hadir, rasanya seperti withdrawal. Ada rasa kosong, kehilangan, bahkan rasa sakit fisik yang bikin kita merasa butuh dia lagi.
Hal ini juga kenapa kita sering nemu yang bilang ‘aku tau dia gak baik buat aku, tapi aku ga bisa ninggalin dia’
Eh eh eh ko kayak kata-kata pacarnya Anggi ke gue🤣🤣 Apakah hubungan Anggi dan pacarnya juga sebuah emotional attachment? Ya hanya mereka dan Allah yang tau, yang pasti si mereka saling tidak mau terlepas, mari kita beri mereka ruang dan kebebasan ya.
Kembali ke case gue, hubungan pertemanan gue sama abang fix banget adalah sebuah attachment emotional. Saat abang ga ada gue mencari dan merasa butuh dia banget. Ya layaknya pecandu yang nyari obat. Dan ketika dia memang mulai berubah dan menghilang gue ngerasa sakit lagi. Ya sikap abang berubah saat dia tau gue belum mau ketemu dia, tersinggung mungkin ya.
Jadi memasuki bulan Desember, gue memang berencana merayakan ulang tahun gue dengan cara me time, makan enak dan jalan-jalan sendirian. Tapi karena gue masih sangat butuh menyalurkan kebiasaan gue untuk apa-apa bilang, apa-apa lapor (dulu ke Anggi si ya) jadi gue sampaikan rencana gue ini ke dia. Dan tanggal ulang tahun gue bertepatan dengan acara staycation divisi dia ke Bandung. Dia minta maaf karena ga bisa nemenin gue jalan-jalan random. Tapi kan gue memang ga berencana minta temenin dia, dan gue juga belum mau ketemu dia, gue bilanglah begitu. Mungkin penyampaian gue yang salah, dia malah jadi pundung dan bilang ‘ya udah kita ga usah pernah ketemu aja’ wkwk kocak ya😅
Masih perlu lanjut ga ya ceritanya😅?
Salam hangat,
Rizqiyani
Tidak ada komentar:
Posting Komentar