Selamat sore,
Kecewa, lagi-lagi gue merasakan rasa kecewa gara-gara Anggi. Ya rasa kecewa hadir karena ada rasa berharap dan memiliki ekspektasi pada suatu hal. Kebodohan gue, gue tenyata masih menggantung harapan sama Anggi. Ya gue bodoh, dan gue merasakan rasa kecewa itu lagi karena kesalahan gue. Gue nangis lagi untuk kesekian kalinya.
Jadi gini ceritanya, udah dari bulan November anak-anak kantor gue ajakin staycation, dan mereka setuju untuk staycation di bulan Februari. Dari awal Januari udah gue sounding ke Anggi klo gue mau pergi, dan menawarkan dia untuk tidur di rumah. Kenapa? karena Arzan setiap malem selalu nanya "kapan ya aa bisa bobo sama babah lagi?" potek banget ga si gue mendengar permintaan tulus aa, jadi setiap ada kesempatan untuk dia menginap ketika gue ga ada dirumah, selalu gue tawarkan untuk beliau menginap.
Kejadian pertama ketika gue dinas ke DXM di Palembang, dia udah ok, bahkan hari H masih gue konfirmasi dan dia jawabnya ok. Aktualnya, sore dia nelfon Arzan dan ibu Budi - ibu yang momong anak-anak- bahwa dia ga bisa ke rumah karena sakit. Dia vcall kalo dia di rawat sampai di infus. Jadi gagal buat menginap dan Arzan kecewa, termasuk gue.
Kejadian kedua tentang staycation ini, dia udah oke untuk datang. Jumat malam sebelum keberangkatan dia ngabarin klo dia harus kerja dan ga bisa ke rumah. Gue ga punya opsi lain buat siapa yang nemenin anak-anak karena gue percaya banget kali ini dia akan datang. Ya lagi lagi gue kecewa. Gue lansung packing baju anak-anak biar gue bawa aja staycation. Untungnya, pas gue kabarin mama papa, mama dengan sigap sabtu subuh lansung berangkat ke Bekasi buat nemenin anak-anak, alhamdulillah. Jadi gue tetap sesuai dengan rencana untuk staycation dengan anak-anak kantor tanpa membawa Arzan dan Aruna.
Malam itu gue tidur dengan hati yang kusut, gue terbesit suudzon klo dia ga dijinin sama pacarnya untuk menginap lagi di rumah gue, makanya ga jadi datang. Rasa benci dan kesel itu muncul lagi, pikiran klo Anggi selalu memilih pacarnya daripada gue apalagi anak-anak. Nafsu makan gue ancur lagi, ga laper dan semua terasa pahit, memang mood sangat menentukan segala hal di tubuh gue. Gue belum bisa mengelola stres dengan baik.
Sabtu pagi sambil menunggu subuh pikiran itu muncul, bahwa semua kejadian pasti ada hikmahnya.
Mungkin ini adalah cara Allah melindungi Arzan dan Aruna untuk tidak tidur bersama ayahnya, entah keburukan apa yang Anggi bawa ke rumah sehingga Allah tidak ijinkan untuk Anggi menginap.
Dan yang kedua, gue mendapatkan hikmah, Allah mengajarkan dan mengingatkan gue untuk tidak berharap sama makhluk, terutama Anggi. Udah berkali kali gue berharap yang berujung kecewa tapi gue masih aja percaya dan berharap sama dia.
Semoga hikmah ini benar ya, karena Allah bergantung pada prasangka makhluknya.
note: tulisan ini di ketik di villa tempat staycation dengan background suara karoke anak-anak kantor yang ga tau sekusut apa hati gue wkwk, ya sandiwara dan senyum gue selalu berhasil untuk menyembunyikan banyak hal.
Salam hangat,
Rizqiyani
Tidak ada komentar:
Posting Komentar